Jumat, 17 Mei 2013

Gejala Klinis Alergi Susu Sapi Paling Banyak di Saluran Pencernaan

Manifestasi klinis alergi protein susu sapi (APSA) pada anak paling banyak terlihat pada saluran pencernaan sebesar 50-60 persen. Sisanya terlihat di kulit dan saluran nafas. Gejalanya mulai dari ringan sampai berat hingga mengancam jiwa, seperti asma berat, udem laring, dan anafilaksis yang berakibat tidak sadar atau maut.

Ini diungkapkan Dr dr B Soebagyo, Sp A (K) mengutip pidato pengukuhan guru besarnya, Senin (23/3). Soebagyo akan dikukuhkan sebagai guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo 24 Maret 2009 dengan pidato pengukuhan Manifestasi Klinis CMPA pada Saluran Gastrointestinal, Diagnosis dan Tatalaksana pada Anak .

Manifestasi pada saluran pencernaan biasanya dalam bentuk muntah, diare, dan diare berkepanjangan. Jika anak tidak mendapat pengobatan tepat, anak akan malnutrisi. Lebih muda anak menderita APSA, lebih cenderung mengalami gangguan pertumbuhan, kata Soebagyo.

Anak usia 2-3 tahun sebagai kelompok pengonsumsi susu sapi yang tinggi, sistem kekebalan tubuh dan saluran pencernaannya belum sempurna sehingga meningkatkan kejadian APSA selain sumbangan faktor genetik.

Sebagai gambaran, menurut Soebagyo, waktu terjadinya APSA dapat bervariasi. Pada umumnya, seminggu setelah mendapat susu sapi. Eliminasi dan provokasi dari dokter membantu menegakkan diagnosis APSA pada anak. Eliminasi dengan menghentikan pemberian susu sapi lantas melihat dampaknya pada manifestasi alergi. Provokasi memberikan susu sapi dalam takaran dan waktu tertentu untuk melihat pengaruhnya pada terjadinya manifestasi alergi.
Soebagyo menyebutkan, pemberian air susu ibu eksklusif hingga usia 4 bulan sampai 6 bulan mengurangi angka kejadian APSA pada anak yang tidak punya riwayat alergi dalam keluarga. Untuk ibu dengan anak alergi yang masih menyusu, disarankan diet bebas protein susu sapi dan produk makanan bebas protein sapi.

Anak dengan riwayat alergi dalam keluarga, mempunyai potensi 40-60 persen menderita alergi, sedangkan jika tidak ada riwayat alergi dalam keluarga, anak masih mungkin terkena alergi 5-15 persen. Sebanyak 80 persen anak dengan APSA gejala alerginya akan hilang pada umur tiga tahun. Sisanya hingga usia 14 tahun dan dewasa, katanya.

Menurut Soebagyo, kejadian APSA akhir-akhir ini meningkat. Mengutip teori Higiene, Soebagyo mengatakan, manifestasi alergi akan meningkat sejalan dengan meningkatnya perilaku hidup sehat pada sebagian kelompok masyarakat.

0 komentar:

Posting Komentar