Kamis, 16 Mei 2013

Bijak Pilih Susu Formula

Jejeran susu formula bayi aneka merek di pasar swalayan sudah jadi pemandangan umum di setiap pasar swalayan. Masing-masing mengunggulkan kandungan nutrisi di dalamnya. Jika dulu susu formula hanya mengandung protein, karbohidrat, dan lemak, kini semakin banyak penelitian dilakukan yang membuat kandungan nutrisi susu formula semakin banyak.

Antara lain AA dan DHA – yang keduanya merupakan zat hasil metabolisme asam lemak esensial yang bisa merangsang kecerdasan otak – karbohidrat, protein, lemak, multivitamin, sumber energi, dan mineral. Bingung memilih yang mana?

Menurut dr. Eva J. Soelaeman MD, Sp.A.K, spesialis gastroenterologi anak, penelitian di dunia medis makin lama makin berkembang, termasuk dalam hal meramu kandungan susu formula.

Pada dasarnya, tutur dokter dari RSAB Harapan Kita, Jakarta ini, susu formula dibagi dua, yaitu untuk bayi dan anak usia di atas satu tahun. Susu bayi, awalnya diberikan kepada bayi yang tak bisa mendapatkan air susu ibu (ASI). Bahkan, lanjutnya, dulu para dokter pernah menganjurkan agar susu formula diresepkan, sehingga pemberiannya kepada bayi berdasarkan izin dokter. Tujuannya, tak lain agar ASI tetap menjadi prioritas utama.

Namun, seiring berjalannya waktu dan kondisi, kini susu formula lebih seperti makanan yang boleh diberikan kepada bayi kapan saja. Namun sebenarnya, kriteria susu formula yang baik, menurut Eva, adalah yang kandungan nutrisinya paling mirip dengan ASI. “Semakin lengkap kandungannya, semakin bagus pula susu itu,” tegasnya.

Lalu, mengapa susu sapi yang lebih banyak digunakan sebagai bahan utama susu formula? Penyebabnya antara lain, jumlah susu yang diproduksi sapi sangat banyak dibandingkan hewan lain. Namun, perlu diketahui, kandungan elektrolit dalam susu sapi sangat tinggi, berbeda dengan ASI. Itu sebabnya, jika susu sapi murni diberikan kepada bayi sebelum diolah menjadi susu formula, akan menyebabkan bayi bisa langsung mengalami kejang-kejang, bahkan meninggal.

MENYESUAIKAN ASI
Setelah meneliti kandungan nutrisi pada ASI seperti elektrolit, natrium, portein, dan lainnya, kandungan dalam susu formula pun disesuaikan. Setidaknya mendekati, karena hingga saat ini susu formula tidak bisa menyamai ASI. “Semakin diteliti, ternyata semakin banyak kandungan ASI yang ditemukan. Karena itu makin banyak pula kandungan yang ditambahkan ke dalam susu formula,” ujar Eva.

Misalnya, Eva mencontohkan, setelah diteliti ternyata bayi yang minum ASI lebih pintar karena susu yang diminumnya telah mengandung AA dan DHA. Daya penglihatannya pun lebih tajam karena ASI mengandung lutein (zat yang bagus untuk melindungi mata).

Jadi, produsen susu berusaha menambahkan zat-zat itu ke dalam susu formula. Selain itu, ada pula vitamin dan zat-zat tertentu lainnya yang ditambahkan ke dalam susu formula. Sebab, dalam proses pengeringan dari wujud cair menjadi bubuk, vitamin yang terkandung dalam susu sapi tadi langsung hilang dan zat-zat lainnya menjadi rusak.

Padahal, asal tahu saja, ungkap Eva, faktor genetik tetap menyumbang 60 persen pada kecerdasan anak. Sedangkan 40 persen sisanya, berasal dari lingkungan, antara lain dari kandungan AA dan DHA, stimulasi (rangsangan) yang diberikan, dan sebagainya.

“Jadi, jangan berpikir, jika orangtuanya sangat bodoh lalu anaknya bisa pintar setelah diberi AA dan DHA. Sebaliknya, walaupun genetiknya bagus, tapi jika anaknya tidak pernah mendapatkan AA dan DHA atau zat-zat lain, bisa saja berpotensi kecerdasannya menurun,” terang Eva.

Jadi, sebelum memutuskan membeli susu formula, saran Eva, baca dulu kandungan nutrisi yang biasanya tertera pada luar kemasannya. Bandingkan dengan kandungan ASI, lalu cari susu formula yang kandungannya paling mirip ASI.

0 komentar:

Posting Komentar