Kamis, 04 Juli 2013

Atasi Juling Sejak Dini

Anatomi indera penglihatan dikatakan normal jika bayangan sebuah benda yang dilihat oleh kedua mata diterima dengan ketajaman yang sama. Bayangan ini secara serentak lalu dikirim ke susunan saraf pusat untuk diolah menjadi sensasi penglihatan tunggal.

Penglihatan tunggal ini bisa terjadi kalau kedua mata dapat mempertahankan daya koordinasi untuk menjadikan kedua bayangan suatu benda menjadi satu (fusi). Sebaliknya, fusi akan hilang bila daya penglihatan salah satu mata kurang atau tidak ada.

Pada penderita mata juling atau strabismus, mata tidak mempunyai kesatuan titik pandang. Kedudukan sumbu kedua bola mata itu tidak searah. Akibatnya, dua mata akan melihat dua benda atau dua bayangan (diplopia). Untuk menghindari penglihatan rangkap ini, penderita strabismus lalu berusaha menekan (supresi) atau tidak menggunakan matanya yang lemah. Ia hanya melihat dengan matanya yang sehat. Sebab itu, penderita sering mengeluh matanya mudah lelah atau merasa penglihatannya berkurang pada satu mata.

Dalam dunia kedokteran mata, kelainan mata ini akan disebut juling berganti bila mata yang satu digunakan untuk melihat, mata yang lain akan bergulir. Sedangkan kalau hanya satu mata yang digunakan, disebut juling monokuler.

Pada mata normal, bayangan yang diproyeksikan ke otak akan membentuk gambar tiga dimensi. Sementara pada mata juling – karena tidak mempunyai kesatuan titik pandang – bentuk tiga dimensi itu tidak didapat.
Tidak jarang kita menjumpai mata yang terkesan juling. Tetapi kalau itu diperiksa, tidak terdapat tanda-tanda juling. Pakar kedokteran mata menyebut kesan ini sebagai pseudostrabismus. Juling palsu. Kasus ini banyak terjadi pada ras Mongol yang berhidung datar. Hal ini terjadi karena lipatan vertikal kulit pangkal hidung membuat sclera hidung tidak terlihat dengan jelas sehingga mata tampak juling ke atas. Ada lagi kasus lain yang disebut hipertelorisme. Pada kasus ini bola mata terdorong ke luar rongga orbita sehingga menimbulkan gambaran bola mata yang menyebar ke luar. Keadaan ini memberi kesan, mata tinggi sebelah.

Akibat gangguan otot mata

Dr. Raman R. Saman, M.D. Ophth., AMS, MBA, ahli mata dari R.S. Prof. Dr. Isak Salim “Aini” Jakarta, mengungkapkan, penyebab mata juling itu beragam. Untuk mengetahui penyebab lebih lanjut, “Pertama-tama perlu pemeriksaan menyeluruh, mulai dari anatomi mata, faal atau fisiologi, sampai apakah si penderita mengidap suatu penyakit,” jelasnya.

Dalam beberapa kasus, otot mata sering menjadi salah satu penyebabnya. Untuk menggerakkan bola mata digunakan enam macam otot mata. Bila semua otot itu tak ngadat alias bekerja normal, kedua mata akan berfungsi secara seimbang. Normal-tidaknya otot mata tergantung pada tebal-tipis, panjang-pendek, dan berfungsi-tidaknya saraf-saraf mata. Maka, jika di antara otot atau saraf ini ada yang tidak normal, keadaan itu bisa menyebabkan seseorang menderita juling.

Tidak sedikit pula kasus mata juling disebabkan oleh gangguan perbedaan ketajaman penglihatan yang sangat besar antara kedua mata. Misalnya, mata kiri -2 (minus dua), mata kanan -9 (minus sembilan) atau lebih. Perbedaan ukuran antara mata kiri dan kanan yang masih bisa ditoleransi tidak boleh lebih dari 3.

Mata juling bisa juga bisa dipicu oleh terjadinya kemunduran daya penglihatan yang dinamakan lazy eyes (mata malas), atau disebut juga ambliopia. Mata malas ini akibat satu mata mempunyai visus(ketajaman mata)rendah yang tidak dapat ditingkatkan lagi karena terlalu lama dibiarkan. Akibatnya, penglihatan didominasi oleh mata yang sehat saja.

Menurut dr. Saman, bila dilihat lebih jauh, ketiga faktor itu tercetus karena beberapa hal. Misalnya, faktor bawaan (kongenital), trauma mata (tertusuk benda tajam atau tumpul), infeksi virus atau bakteri, dan sebagainya. “Ada pula kasus juling akibat infeksi toksoplasma yang ditularkan melalui kucing atau daging yang mengandung kuman toksoplasma tidak dimasak dengan baik,” katanya.

Penyakit sistemik pun bisa menjadi penyebab kelainan mata jereng ini. Misalnya saja, diabetes mellitus dan hipertiroid, penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak (stroke), kelainan darah atau perdarahan, serta gangguan metabolisme antara lain kadar kolesterol yang tinggi. Penyakit sistemik ini ada kalanya menyebabkan juling begitu berhubungan dengan otak.

Mata juling bisa juga terjadi gara-gara munculnya tumor jinak atau pun ganas. Misalnya, akibat tumor otak, retinoblastoma (kanker mata), dan kanker yang sudah menyebar dan menekan saraf di bagian otak. Kondisi itu menyebabkan kelumpuhan otot-otot mata.

Pada kasus mata juling karena bawaan, kelainan otot atau saraf mata pada anak, umumnya sudah terlihat sejak usia enam bulan. Gejalanya antara lain, bila anak melirik, perguliran bola matanya tidak sampai ke ujung. Itu bisa karena terjadinya hambatan pada pergerakan bola mata sehingga mata tidak bisa bergerak ke segala arah dengan leluasa. Atau pada usia ini juga bisa dilihat apakah salah satu bola matanya terlihat bergulir ke arah hidung, pelipis, alis, atau pipi. Pada usia satu tahun akan tampak lebih jelas karena anak yang menderita jereng sering melihat sesuatu dengan posisi kepalanya miring ke kanan atau kiri, tengadah atau tertunduk. Pada usia tiga tahun anak mulai mengeluh penglihatannya kurang jelas atau ganda.

Anggapan bahwa mata juling bisa timbul akibat bayi diberi mainan gantung di atas kepala dengan posisi kurang tepat, menurut dr. Saman, sama sekali tidak benar.

0 komentar:

Posting Komentar